Wednesday 13 November 2013

Hukum memakai gelang tangan atau kaki berloceng





Apakah hukum memakai gelang tangan atau kaki berloceng??
Merujuk kepada kitab Bahrul Mazi, (ringkasan Sahih al-Tamizi), memakai loceng adalah ditegah oleh syarak kerana bunyi loceng itu menyebabkan tiada malaikat Rahmat mendekatinya. Ini berdasarkan hadis Nabi SAW yang dikeluarkan oleh Abu 'Isa al-Tirmizi yang maksudnya:

Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: 

"Tiada menyertai malaikat Rahmat bersama jamaah (kumpulan)
yang ada di dalamnya anjing dan loceng" 

Oleh yang demikian, elakkanlah dari memakaikan gelang kaki/tangan yang ada loceng pada anak perempuan..

~Sumber dari Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS)

Terjemahan Ayat Al-Quran:

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa mentua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya."                                                                                                                 
~Surah An-Nur Ayat 31.

Baca dalam sumber di internet baru-baru ni. Untuk kanak-kanak perempuan adalah diharuskan. Tapi bukan untuk tujuan menunjuk-nunjuk. Sebaliknya untuk keselamatan. Bila pasang loceng di kaki. Secara tak langsung ibu bapa boleh mengesan jarak anak dengan kita. Cumanya jangan timbul rasa riak bila memakainya pada si anak. Dan keduanya boleh mendatangkan mudarat pada si anak. Bimbang kena curi. Budak-budak manalah reti nak tau boleh ke tidak. Kalau orang curi rantai kaki dia, yang melopong tentulah emak ayahnya. Gelang emas dibawa lari. Kan dah rugi. 

Sesetengah gadis dan wanita, (lelaki pun ada ya), suka sangat pakai perhiasan yang berlebihan ni. Kalau gila emas. Kalau boleh  nak sarungkan cincin-cincin pelbagai saiz pelbagai corak. Hari-hari bertukar-tukar rupa dan bentuk cincinnya. Lagi tebal cincin tu lagi nampak grandnya. Pernah terjumpa yang pakai cincin pada semua jari jemarinya. Yang berlayer dalam 2,3 cincin pada satu jari pun ada. Part musykilnya, kalau amik wuduk, dorang cabut tak cincin tu? Masuk jamban, basuh berak anak ke, masak-masak ke, tanggal tak cincin tu?

 
Ada juga yang jenis suka gelang yang banyak buah rantai, lagi banyak, lagi kuat berbunyi, lagi nampak kelasss. Dari jauh dah boleh terdengar bunyi cheng... cheng... cheng... tu, dan kita pun tahulah si anu si polan ini nak lalu. Kadang-kadang rasa cute-cute je bunyi-bunyian camtu. Tapi selalunya memang rasa annoying giler! Aku tak suka pakai barang kemas,  sebab aku rimas. Nak-nak kalau duduk semeja dengan kaki kumpul barang kemas. Adalah dorang nak belek-belek tangan kita. Nak tengok berapa kerat karat emas kat tangan. Hahah... Dan bila pakai barang kemas ni membuatkan kita secara tak atau sengaja suka menghulur tangan. Nak tunjuk seberang jalan je, tapi selak baju lengan sampai ke siku. Nak tunjuk jalan dan tangannya sekali. Pernah tengok filem Mami Jarum? Nah... gitu-gitulah stylenya. Kalau tak pernah tonton. Imaginekan saja.

Seumur hidup belum pernah lagi aku beli barang kemas berloceng. Dan bila keluar hadis yang demikian, menguatkan lagi perasaan aku untuk tolak sebarang jenis perhiasan diri yang over expose diri macam tu. Kalau kita dah terbeli tu, eloklah tanggalkan locengnya. Simpan baki emas yang secoit tu di rumah. Jangan bimbang, orang akan tahu jugak kita pakai gelang kaki kalau kita pakai kain baju kurung separas lutut. Kes desperate nak tunjuk kat orang yang dia ada gelang kakikan, hahaha... 

CARA-CARA NAK MEMPERERAT HUBUNGAN SUAMI ISTERI


 
CARA MEMPERERAT HUBUNGAN SUAMI ISTERI
 
PERTAMA: Saling Memberi Hadiah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (saw.) telah bersabda:

Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai. [1]

Memberi hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian seorang suami kepada istrinya, atau istri kepada suaminya. Terlebih bagi istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang sangat mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian suami kepada istri.

Seorang suami yang ketika pulang membawa sekedar oleh-oleh kesukaan istrinya, tentu akan membuat sang isteri senang dan merasa mendapat perhatian. Dan seorang suami, semestinya lebih mengerti apa yang lebih disenangi oleh isterinya. Oleh karena itu, para suami hendaklah menunjukkan perhatian kepada istri, diungkapkan dengan memberi hadian meski sederhana.

KEDUA: Mengkhususkan Waktu Untuk Duduk Bersama

Jangan sampai antara suami istri sibuk dengan urusannya masing-masing, dan tidak ada waktu untuk duduk bersama.

Ada pertanyaan yang diajukan kepada Syaikh bin Baz. Ada seorang pemuda tidak memperlakukan isteri dengan baik. Yang menjadi penyebabnya, karena ia sibuk menghabiskan waktunya untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan studi dan lainnya, sehingga meninggalkan isteri dan anak-anaknya dalam waktu lama. Masalah ini ditanyakan kepada Syaikh, apakah diperbolehkan sibuk menuntut ilmu dan sibuk beramal dengan resiko mengambil waktu yang seharusnya dikhususkan untuk isteri?

Syaikh bin Baz menjawab pertanyaan ini. Beliau menyatakan, tidak ragu lagi, bahwa wajib atas suami untuk memperlakukan isterinya dengan baik berdasarkan firman Allah:

“…Pergaulilah mereka dengan baik…”
[Q.S. an-Nisaa' 4:19]

Juga sebagaimana sabda Nabi saw. kepada Abdullah bin ‘Amr bin Ash, yaitu manakala sahabat ini sibuk dengan shalat malam dan sibuk dengan puasa, sehingga lupa dan lalai terhadap isterinya, maka Nabi saw. berkata:

Puasalah dan berbukalah. Tidur dan bangunlah. Puasalah sebulan selama tiga hari, karena sesungguhnya kebaikan itu memiliki sepuluh kali lipat. Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban atas dirimu. Dirimu sendiri memiliki hak, dan engkau juga mempunyai kewajiban terhadap isterimu, juga kepada tamumu. Maka, berikanlah haknya setiap orang yang memiliki hak.
[Muttafaqun ‘alaihi]

Banyak hadits yang menunjukkan adanya kewajiban agar suami memperlakukan isteri dengan baik. Oleh karena itu, para pemuda dan para suami hendaklah memperlakukan isteri dengan baik, berlemah-lembut sesuai dengan kemampuan.

Apabila memungkinkan untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugasnya di rumah, maka lakukanlah di rumah, sehingga, disamping dia mendapatkan ilmu dan menyelesaikan tugas, dia juga dapat membuat isteri dan anak-anaknya senang.

Kesimpulannya, adalah disyariatkan atas suami mengkhususkan waktu-waktu tertentu, meluangkan waktu untuk isterinya, agar sang isteri merasa tentram, memperlakukan isterinya dengan baik; terlebih lagi apabila tidak memiliki anak.

Rasulullah saw. bersabda (artinya):

Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluarganya. Dan saya adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.
[H.R. Tirmidzi]

Rasulullah saw. bersabda (artinya):

Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.
[H.R. Tirmidzi]

Sebaliknya, seorang isteri juga disyariatkan untuk membantu suaminya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas studi ataupun tugas kantor. Hendaklah dia bersabar apabila suaminya memiliki kekurangan karena kesibukannya, sehingga kurang memberikan waktu yang cukup kepada isterinya.

Berdasarkan firman Allah, hendaklah antara suami dan isteri saling bekerja sama:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…”
[Q.S. al-Maa'idah 5:2]

Juga berdasarkan keumuman sabda Nabi saw.:

Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya.
[H.R. Muslim - Diterjemahkan dari buku Fatawa Islamiyyah]

Nasihat Syaikh bin Baz tersebut ditujukan kepada kedua belah pihak. Kepada suami hendaklah benar-benar tidak sampai melalaikan, dan kepada isteri pun untuk bisa bersabar dan memahami apabila suaminya sibuk bukan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Untuk para isteri, bisa juga mengoreksi diri mereka. Mungkin di antara sebab suami tidak kerasan di rumah karena memiliki isteri yang sering marah, selalu bermuka masam dan ketus apabila berbicara.

KETIGA: Menampakkan Wajah Yang Ceria

Di antara cara untuk mempererat cinta kasih, hendaklah menampakkan wajah yang ceria. Ungkapan dengan bahasa wajah, mempunyai pengaruh yang besar dalam kegembiraan dan kesedihan seseorang. Seorang isteri akan senang jika suaminya berwajah ceria, tidak cemberut. Secara umum Nabi saw. bersabda:

Sedikit pun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu engkau menampakkan wajah ceria.
[H.R. Muslim]

Begitu pula sebaliknya, ketika suami datang, seorang isteri jangan sampai menunjukkan wajah cemberut atau marah. Meskipun demikian, hendaknya seorang suami juga bisa memahami kondisi isteri secara kejiwaan. Misalnya, isteri yang sedang haidh atau nifas, terkadang melakukan tindakan yang menjengkelkan. Maka seorang suami hendaklah bersabar.

Ada pertanyaan dari seorang istri yang disampaikan kepada Syaikh bin Baz, sebagai berikut:

Suami saya -semoga Allah memaafkan dia-, meskipun dia berpegang teguh dengan agama dan memiliki akhlak yang tinggi serta takut kepada Allah, tetapi dia tidak memiliki perhatian kepada saya sedikit pun. Jika di rumah, ia selalu berwajah cemberut, sempit dadanya dan terkadang dia mengatakan bahwa sayalah penyebab masalahnya.


Tetapi Allah-lah yang mengetahui bahwa saya –alhamdulillah- telah melaksanakan hak-haknya. Yakni menjalankan kewajiban saya sebagai isteri. Saya berusaha semaksimal mungkin dapat memberikan ketenangan kepada suami dan menjauhkan segala hal yang membuatnya tidak suka. Saya selalu sabar atas tindakan-tindakannya terhadap saya.


Setiap saya bertanya sesuatu kepadanya, dia selalu marah, dan dia mengatakan bahwa ucapan saya tidak bermanfaat dan kampungan. Padahal perlu diketahui, jika kepada teman-temannya, suami saya tersebut termasuk orang yang murah senyum. Sedangkan terhadap saya, ia tidak pernah tersenyum; yang ada hanyalah celaan dan perlakuan buruk. Hal ini menyakitkan dan saya merasa sering tersiksa dengan perbuatannya. Saya ragu-ragu dan beberapa kali berpikir untuk meninggalkan rumah.


Wahai Syaikh, apabila saya meninggalkan rumah dan mendidik sendiri anak-anak saya dan berusaha mencari pekerjaan untuk membiayai anak-anak saya sendiri, apakah saya berdosa? Ataukah saya harus tetap tinggal bersama suami dalam keadaan seperti ini, (yaitu) jarang berbicara dengan suami, (ia) tidak bekerja sama dan tidak merasakan problem saya ini?

Dijawab oleh Syaikh bin Baz:

Tidak diragukan lagi, bahwa kewajiban atas suami isteri ialah bergaul dengan baik dan saling menampakkan wajah penuh dengan kecintaan. Dan hendaklah berakhlak dengan akhlak mulia, (yakni) dengan menampakkan wajah ceria, berdasarkan firman Allah:

“…Pergaulilah mereka dengan baik…” [Q.S. an-Nisaa' 4:19]

Juga dalam surat al-Baqarah ayat 228:

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isteri.”

Arti kelebihan disini, secara umum laki-laki lebih unggul daripada wanita. Tetapi nilai-nilai yang ada pada setiap individu di sisi Allah, tidak berarti laki-laki pasti derajatnya lebih tinggi. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Dan berdasarkan sabda Nabi saw.:

“Kebaikan itu adalah akhlak yang baik.” [H.R. Muslim]

Dan berdasarkan sabda Nabi saw.:

“Sedikitpun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu engkau menampakkan wajah ceria.” [H.R. Muslim]

Juga berdasarkan sabda Nabi saw.:

“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.” [H.R. Tirmidzi]

Ini semua menunjukkan, bahwa motivasi berakhlak yang baik dan menampakkan wajah ceria pada saat bertemu serta bergaul dengan baik kepada kaum Muslimin, berlaku secara umum; terlebih lagi kepada suami atau isteri dan kerabat.

Oleh karena itu, engkau telah berbuat baik dalam hal kesabaran dan ketabahan atas penderitaanmu, yaitu menghadapi kekasaran dan keburukan suamimu.

Saya berwasiat kepada dirimu untuk terus meningkatkan kesabaran dan tidak meninggalkan rumah di karenakan hal itu. Insya Allah akan mendatangkan kebaikan yang banyak. Dan akibat yang baik, insya Allah diberikan kepada orang-orang yang sabar.

Banyak ayat yang menunjukan, barangsiapa yang bertakwa dan sabar, maka sesungguhnya balasan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya Allah akan memberi ganjaran yang besar tanpa hisab kepada oraang-orang yang sabar.

Tidak ada halangan dan rintangan untuk bercanda dan bergurau, serta mengajak bicara suami dengan ucapan-ucapan yang dapat melunakkan hatinya, dan yang dapat menyebabkan lapang dadanya dan menumbuhkan kesadaran akan hak-hakmu.

Tinggalkanlah tuntutan-tuntutan kebutuhan dunia (yang tidak pokok) selama sang suami melaksanakan kewajiban dengan memberikan nafkah dari kebutuhan-kebutuhan yang pokok, sehingga ia menjadi lapang dada dan hatinya tenang. Engkau akan merasakan balasan yang baik, insya Allah.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada dirimu untuk mendapatkan kebaikan dan memperbaiki keadaan suamimu. Semoga Allah membimbingnya kepada kebaikan dan memperbaiki akhlaknya. Semoga Allah membimbingnya untuk dapat bermuka ceria dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada isterinya dengan baik. Sesungguhnya, Allah adalah sebaik-baik yang diminta, dan Dia adalah pemberi hidayah kepada jalan yang lurus. [Dinukil dari buku Fatawa Islamiyyah]

Ini menunjukkan, bahwa seorang wanita diperbolehkan untuk mengeluh dan menyampaikan problemnya kepada orang yang alim, atau orang yang dianggap bisa menyelesaikan masalahnya. Hal ini tidak sama dengan sebagian wanita yang sering, atau suka menceritakan rahasia rumah tangganya, termasuk kelemahan dan keburukan suaminya kepada orang lain, tanpa bermaksud menyelesaikan masalahnya.

Sehubungan dengan permasalahan ini, Syaikh ‘Utsaimin mengatakan, bahwa apa yang disampaikan oleh sebagian wanita, yang menceritakan keadaan rumah tangganya kepada kerabatnya, bisa jadi (kepada) orang tua isteri atau kakak perempuannya, atau kerabat yang lainnya, bahkan kepada teman-temannya, (hukumnya) adalah diharamkan.

Tidak halal bagi seorang wanita membuka rahasia rumah tangganya dan keadaan suaminya kepada seorang pun. Karena seorang wanita yang shalihah ialah, yang bisa menjaga dan memelihara kedudukan martabat suaminya. Nabi saw. telah memberitakan, seburuk-buruk manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat ialah, seorang laki-laki yang suka menceritakan keburukan isterinya, atau seorang wanita yang menceritakan keburukan suaminya.

Meski demikian, jangan dipahami bahwa secara mutlak seorang wanita tidak boleh menceritakan keburukan seorang suami. Karena, pada masa Nabi pun ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya, Rasulullah. Suami saya adalah orang yang kikir, tidak memberikan nafkah yang cukup bagi saya. Bolehkah saya mengambil darinya tanpa sepengetahuannya untuk sekedar mencukupi kebutuhan saya dan anak saya?

Mendengar penuturan orang ini, Nabi saw. menjawab:

Ambillah nominal yang mencukupi kebutuhanmu dan anakmu.
[Muttafaqun ‘alaihi]

KEEMPAT: Memberikan Penghormatan Dengan Hangat Kepada Pasangannya

Memberikan penghormatan dengan hangat kepada pasangannya, baik ketika hendak pergi keluar rumah, ataupun ketika pulang. Penghormatan itu, hendaklah dilakukan dengan mesra.

Dalam beberapa hadits diriwayatkan, ketika hendak pergi shalat, Rasulullah saw. mencium isterinya tanpa berwudhu lagi dan langsung shalat. Ini menunjukkan, bahwa mencium isteri dapat mempererat hubungan antara suami isteri, meluluhkan kebekuan ataupun kekakuan antara suami isteri. Tentunya dengan melihat situasi, jangan dilakukan di hadapan anak-anak.

Perbuatan sebagian orang, ketika seorang isteri menjemput suaminya yang datang dari luar kota atau dari luar negeri, ia mencium pipi kanan dan pipi kiri di tempat umum. Demikian ini tidak tepat.

Memberikan penghormatan dengan hangat tidak mesti dengan mencium pasangannya. Misalnya, seorang suami dapat memanggil isterinya dengan baik, tidak menjelek-jelekkan keluarganya, tidak menegur isterinya di hadapan anak-anak mereka. Atau seorang isteri, bila melakukan penghormatan dengan menyambut kedatangan suaminya di depan pintu. Apabila suami hendak bepergian, istri menyiapkan pakaian yang telah disetrika dan dimasukkannya ke dalam tas dengan rapi.

Suami hendaknya menghormati isterinya dengan mendengarkan ucapan isteri secara seksama. Sebab terkadang, ada sebagian suami, jika isterinya berbicara, ia justru sibuk dengan hand phone-nya mengirim sms atau sambil membaca koran. Dia tidak serius mendengarkan ucapan isteri. Dan jika menanggapinya, hanya dengan kata-kata singkat. Jika isteri mengeluh, suami mengatakan “hal seperti ini saja dipikirkan!

Meskipun sepele atau ringan, tetapi hendaklah suami menanggapinya dengan serius, karena bagi isteri mungkin merupakan masalah yang besar dan berat.

KELIMA: Hendaklah Memuji Pasangannya

Di antara kebutuhan manusia adalah keinginan untuk dipuji -dalam batas-batas yang wajar. Dalam masalah pujian ini, para ulama telah menjelaskan[2], bahwa pujian diperbolehkan atau bahkan dianjurkan dengan syarat-syarat: untuk memberikan motivasi, pujian itu diungkapkan dengan jujur dan tulus, dan pujian itu tidak menyebabkan orang yang dipuji menjadi sombong atau lupa diri.

Abu Bakar As Siddiq Radhiyallahu ‘anhu (ra.) pernah dipuji, dan dia berdo’a kepada Allah: “Ya, Allah. Janganlah Engkau hukum aku dengan apa yang mereka ucapkan. Jangan jadikan dosa bagiku dengan pujian mereka, jangan timbulkan sifat sombong. Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan ampunilah aku atas perbuatan-perbuatan dosa yang mereka tidak ketahui”.

Perkatanan ini juga diucapkan oleh Syaikh Al Albani ketika beliau dipuji-puji oleh seseorang di hadapan manusia. Beliau menangis dan mengucapkan perkataan Abu Bakar tersebut serta mengatakan: “Saya ini hanyalah penuntut ilmu saja”.

Seorang isteri senang pujian dari suaminya, khususnya di hadapan orang lain, seperti keluarga suami atau isteri. Dia tidak suka jika suami menyebutkan aibnya, khususnya di hadapan orang lain. Jika masakan isteri kurang sedap jangan dicela.

KEENAM: Bersama-sama Melakukan Tugas Yang Ringan

Di antara kesalahan sebagian suami ialah, mereka menolak untuk melakukan sebagian tugas di rumah. Mereka mempunyai anggapan, jika melakukan tugas di rumah, berarti mengurangi kedudukannya, menurunkan atau menjatuhkan kewibawaannya di hadapan sang isteri. Pendapat ini tidak benar.

Nabi saw. melakukan tugas-tugas di rumah, seperti menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandalnya dan melakukan tugas-tugas di rumah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dan terdapat dalam Jami’ush Shaghir. Terlebih lagi dalam keadaan darurat, seperti isteri sedang sakit, setelah melahirkan. Terkadang isteri dalam keadaan repot, maka suami bisa meringankan beban isteri dengan memandikan anak atau menyuapi anak-anaknya. Hal ini, disamping menyenangkan isteri, juga dapat menguatkan ikatan yang lebih erat lagi antara ayah dan anak-anaknya.

KETUJUH: Ucapan Yang Baik

Kalimat yang baik adalah kalimat-kalimat yang menyenangkan. Hendaklah menghindari kalimat-kalimat yang tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan. Seorang suami yang menegur isterinya karena tidak berhias, tidak mempercantik diri dengan celak dimata, harus dengan ucapan yang baik.[3]

Misalnya dengan perkataan: “Mengapa engkau tidak memakai celak?” Isteri menjawab dengan kalimat yang menyenangkan: “Kalau aku memakai celak, akan mengganggu mataku untuk melihat wajahmu.

Perkataan yang demikian menunjukkan ungkapan perasaan cinta isteri kepada suami. Ketika ditegur, ia menjawab dengan kalimat menyenangkan.

Berbeda dengan kasus lain. Saat suami isteri berjalan-jalan di bawah bulan purnama, suami bertanya: “Tahukah engkau bulan purnama di atas?” Mendengar pertanyaan ini, sang isteri menjawab: “Apakah engkau lihat aku buta?

KEDELAPAN: Perlu Berekreasi Berdua Tanpa Membawa Anak

Rutinitas pekerjaan suami di luar rumah dan pekerjaan isteri di rumah membuat suasana menjadi jenuh. Sekali-kali diperlukan suasana lain dengan cara pergi berdua tanpa membawa anak. Hal ini sangat penting, karena bisa memperbaharui cinta suami isteri.

Kita mempunyai anak, lantas bagaimana caranya? Ini memang sebuah problem. Kita cari solusinya, jangan menyerah begitu saja.

Bukan berarti setelah mempunyai anak banyak tidak bisa pergi berdua. Tidak! Kita bisa meminta tolong kepada saudara, kerabat ataupun tetangga untuk menjaga anak-anak, lalu kita dapat pergi bersilaturahmi atau belanja ke toko dan lain sebagainya. Kemudian pada kesempatan lainnya, kita pergi berekreasi membawa isteri dan anak-anak.

KESEMBILAN: Hendaklah Memiliki Rasa Empati Pada Pasangannya

Rasulullah saw.bersabda:

Perumpamaan kaum mukminin antara satu dengan yang lainnya itu seperti satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain pun ikut merasakannya sebagai orang yang tidak dapat tidur dan orang yang terkena penyakit demam. [4]

Ini berlaku secara umum kepada semua kaum Muslimin. Rasa empati harus ada. Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, termasuk kepada isteri atau suami. Jangan sampai suami sakit, terbaring di tempat tidur, isteri tertawa-tawa di sampingnya, bergurau, bercanda. Begitu pula sebaliknya, jangan sampai karena kesibukan, suami kemudian kurang merasakan apa yang dirasakan oleh isteri.

KESEPULUH: Perlu Adanya Keterbukaan

Keterbukaan antara suami dan isteri sangat penting. Di antara problem yang timbul di keluarga, lantaran antara suami dan isteri masing-masing menutup diri, tidak terbuka menyampaikan problemnya kepada pasangannya. Yang akhirnya kian menumpuk. Pada gilirannya menjadi lebih besar, sampai akhirnya meledak.

Inilah sepuluh tips untuk merekatkan hubungan suami-istri, sehingga biduk rumah tangga tetap harmonis dan tenteram. Semoga bermanfaat, menjadi bekal keharmonisan keluarga.

 

KELEBIHAN HARI AS SYURA (10 MUHARRAM)

Salam Muharram. Ok. Kali ni I nak kongsikan niat puasa sunat Asyura pula & Kelebihan puasa sunat asyura . Ok, ada yang tanya jika 10 Muharram ni jatuh pada hari sabtu, boleh tak puasa sabtu sahaja, atau puasa hanya pada 10 MUHARRAM sahaja , boleh tak  ? Jawapannya disunatkan puasa sebelum atau sesudahnya kerana tidak mahu menyamai puasa orang yahudi , mereka berpuasa hanya pada 10 Muharram sahaja. Mereka berpuasa pada hari itu, satu hari sahaja. Sebenarnya jika jatuh pada hari lain pun begitu juga sunatnya. . Sehari sebelum atau sehari selepas.

Atau kalau tidak dapat dikerjakan pada 9 Muharram maka boleh juga digandingkan 10 Muharram dengan 11 Muharram. 


Niat Puasa
.
a.  Niat puasa hari ke 9 Muharam (Hari Tasu’a)  ialah:
 
 


NIAT PADA HARI LAIN SELAIN ASYURA, TASU'A DALAM BULAN MUHARRAM - NIATKAN -SAHAJA AKU BERPUASA SUNAT PADA ESOK HARI KERANA ALLAH TAALA.
 
 

Hadith daripada Aisyah: "Sesiapa ingin berpuasa (sunat 10 Muharram) maka bolehlah dia berpuasa. Dan sesiapa yang tak ingin berpuasa maka boleh dia tinggalkan". Hadith riwayat Bukhari dan Muslim.

Malah dalam sebuah hadith riwayat Muslim Nabi berpuasa pada 10 Muharram kerana pada hari tersebut diselamatkan Nabi Musa a.s daripada lemas dan juga daripada buruan Firaun.



 
 
SEJARAH 10 MUHARRAM
Imam al-Ghazali menyebut dalam kitabnya Mukha syafatul Qulub bahawa pada tarikh tersebut:

(1) Terbunuhnya Sayyidina Hussain (cucu Nabi) di Karbala'.
(2) Diterima taubat Nabi Adam a.s.
(3) Dicipta Adam a.s.
(4) Dimasukkan Adam a.s ke dalam syurga.
(5) Dicipta arasy, Kursi, langit, matahari, bulan, bintang-bintang.
(6) Dilahirkan Nabi Ibrahim a.s.
(7) Selamat Nabi Ibrahin daripada api Namrud.
(8) Selamat Musa dan pengikutnya.
(9) Lemas Firaun.
(10) Dilahirkan Nabi Isa a.s.
(11) Diangkat Nabi Isa kelangit.
(12) Diangkat Nabi Idris ke langit.
(13) Mendaratnya kapal Nabi Nuh dengan selamat di atas bukit Judy.
(14) Nabi Sulaiman diberi kerajaan yang besar.
(15) Dikeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Nun.
(16) Nabi Ya'kub dapat melihat kembali selepas daripada menjadi buta.
(17) Dikeluarkan Nabi Yusuf daripada telaga buta.
(18) Disembuhkan Nabi Ayyub daripada penyakitnya.
(19) Hujan yang pertama turun dari langit kebumi.


KELEBIHAN PUASA ASYURA'


Baginda bersabda: "Berpuasa sunat pada 10 Muharram akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya". Riwayat Muslim.

Dari Ibnu Abbas r.a berkata Rasulullah S.A.W bersabda : " Sesiapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka Allah S.W.T akan memberi kepadanya pahala 10,000 malaikat dan sesiapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka akan diberi pahala 10,000 orang berhaji dan berumrah, dan 10,000 pahala orang mati syahid, dan barang siapa yang mengusap kepala anak-anak yatim pada hari tersebut maka Allah S.W.T akan menaikkan dengan setiap rambut satu darjat. Dan sesiapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada orang mukmin pada hari Aasyura, maka seolah-olah dia memberi makan pada seluruh ummat Rasulullah S.A.W yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka."

Lalu para sahabat bertanya Rasulullah S.A.W : " Ya Rasulullah S.A.W, adakah Allah telah melebihkan hari Aasyura daripada hari-hari lain?". Maka berkata Rasulullah S.A.W : " Ya, memang benar, Allah Taala menjadikan langit dan bumi pada hari Aasyura, menjadikan laut pada hari Aasyura, menjadikan bukit-bukit pada hari Aasyura, menjadikan Nabi Adam dan juga Hawa pada hari Aasyura, lahirnya Nabi Ibrahim juga pada hari Aasyura, dan Allah S.W.T menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada hari Aasyura, Allah S.W.T menenggelamkan Fir'aun pada hari Aasyura, menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub a.s pada hari Aasyura, Allah S.W.T menerima taubat Nabi Adam pada hari Aasyura, Allah S.W.T mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari Aasyura, Allah S.W.T mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman juga pada hari Aasyura, dan akan terjadi hari kiamat itu juga pada hari Aasyura !".

14 Perkara Yang Sunat Dilakukan Pada Hari Asyura
(Bukan asyura je, bulan lain, hari lain sangat digalakkan juga)
1. Melapangkan masa / belanja anak , suami & isteri2
fadhilat – Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun ini.
2. Memuliakan fakir miskin
fadhilat – Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti.
3. Menahan marah
fadhilat – Di akhirat nanti Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang ridha.
4. Menunjukkan orang sesat
fadhilat – Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya.
5. Menyapu / mengusap kepala anak yatim
fadhilat – Allah akan mengurniakan sepohon pokok di syurga bagi tiap-tiap rambut yang di sapunya.
6. Bersedekah
fadhilat – Allah akan menjauhkannya daripada neraka sekadar jauh seekor gagak terbang tak berhenti-henti dari
kecil sehingga ia mati. Diberi pahala seperti bersedekah kepada semua fakir miskin di dunia ini.
7. Memelihara kehormatan diri
fadhilat – Allah akan mengurniakan hidupnya sentiasa diterangi cahaya keimanan.
8. Mandi Sunat
fadhilat – Tidak sakit (sakit berat)pada tahun itu
lafaz niat : ‘Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala’
9. Bercelak
fadhilat – tidak akan sakit mata pada tahun itu.
10. Membaca Qulhuwallah hingga akhir seribu kali
fadhilat – Allah akan memandanginya dengan pandangan rahmah diakhirat nanti.
11. Sembahyang sunat empat rakaat
fadhilat – Allah akan mengampunkan dosanya walau telah berlarutan selama 50 tahun melakukannya.
lafaz niat : ‘Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala’
Pada rakaat pertama dan kedua selepas fatihah di baca Qulhuwallah sebelas kali.
12. Membaca
‘hasbiyallahhu wani’mal wakil wa ni’mal maula wa ni’mannasiiru’
fadhilat – Tidak mati pada tahun ini .
13. Menjamu orang berbuka puasa
fadhilat – Diberi pahala seperti memberi sekalian orang Islam berbuka puasa.
14. Puasa
Niat – ‘Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala’
fadhilat – Diberi pahala seribu kali Haji, seribu kali umrah dan seribu kali syahid dan diharamkannya daripada neraka. 

 


Antara amalan yang digalakkan pada hari `asyura (10 muharram) ialah:
i) Menunaikan puasa sunat sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.
Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:Berpuasa sunat pada 10 Muharram akan menghapuskan dosa setahunsebelumnya.(Riwayat Muslim)Bagi membezakan amalan puasa sunat pada hari tersebut dengan puasa orangYahudi, maka disunatkan umat Islam berpuasa pada hari 9 dan 10 Muharram,kerana orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram sahaja.
ii) Membanyakkan amal kebajikan seperti sedekah, membaca al-Quran,melapangkan masa untuk keluarga, memuliakan fakir miskin, menahan marah,menunjukan jalan bagi orang sesat, memelihara kehormatan diri,, mandisunat, sembahyang sunat empat rakaat, menjamu orang berbuka puasa danlain-lain.Mengenai pahala yang akan diberikan di atas kebajikan yang telah dilakukan itu terpulang kepada Allah.SWT.
Puasa 'Asyura sangat digalakkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan keterangan beberapa hadis, antaranya :

1.    صُوْمُوا يَوْمَ عَاشُورَاء ، وَخَالِفُوا اليَهُودَ ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ - Berpuasalah kamu pada hari 'Asyura, dan bezalah dengan (puasa) Yahudi, (oleh itu) berpuasalah (juga) sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya ( Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya I/241 ; Ibnu Huzaimah - 2095 - di dalam sanad hadis ini Ibnu Abi Laila yang kurang kuat hafazannya)

2. صُومُوا اليَومَ التَّاسِعَ والعَاشِرَ وَخَالِفُوا اليَهُودَ - Berpuasalah kamu pada hari yang ke sembilan dan hari yang ke sepuluh, dan bezakanlah dengan (puasa) Yahudi. ( daripada Ibnu Abbas r.a. melalui jalan Al-Baihaqi IV/287 - Sanadnya Sahih )

3. إِنِّى أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّيِّئَةَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهَا - Sesungguhnya aku mengharap ganjaran daripada Allah supaya menghapuskan kesalahan (orang yang berpuasa Asyura) setahun sebelumnya. ( HR Muslim - Kitab Puasa )

Berdasarkan keterangan hadis-hadis di atas maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, antaranya :

1. Puasa Asyura sunat hukumnya. Ia dilakukan pada hari yang ke sepuluh dari bulan Muharram. Tetapi jika selain 10 Muharram, juga dilakukan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya adalah lebih baik untuk membezakan antara ibadat Umat Islam dengan ibadat Yahudi.

2. Para ulamak berpendapat tentang derjat puasa Hari Asyura : Derjat I : Puasa tiga hari 9,10,11 Muharram ;  Derjat II : Puasa dua hari 9 dan 10 Muharram ; Derjat III : Puasa Asyura hanya sehari iaitu 10 Muharram saja. Namun demikian jika seseorang berpuasa hanya sehari saja (10 Muharram) juga sah, tetapi jika lebih sehari adalah lebih afdhal.

3. Fadhilat puasa Asyura : Siapa yang melakukan puasa Asyura nescaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya selama setahun sebelumnya. Namun demikian, pengampunan dosa tersebut terbatas hanya dosa-dosa kecilnya saja, sedangkan dosa-dosa besar hanya akan diampuni melalui Taubat Nasuha.

4. Selain itu juga terdapat beberapa hadis tentang fadhilat hari Asyura, antaranya : ( Barangsiapa yang memberi kelapangan dan keselesaan kepada ahli keluarganya pada hari Asyura, nescaya Allah akan memperluaskan rezekinya sepanjang tahun ) - (HR Tabarani). Semua hadis seumpama ini derjatnya dhaif (lemah). Imam Al-Nawawiy berkata dalam kitabnya "Al-Adzkar" : Ulama Hadis berkata : Dibolehkan beramal berdasarkan hadis dhaif (lemah) dalam fadhilat amalan selagi hadis tersebut bukan hadis maudhu' (palsu). 

5. Doa pada Hari Asyura :

يَا مُحْسِنٌ قَدْ جَــاءَكَ المُسِيْئُ ، وَقَدْ أَمَرْتَ يَا مُحْسِنٌ بِالتَّجَــاوُزِ عَنِ المُسِيْئِ ، وَأَنْتَ المُحْسِنُ وَأَنَـــا المُسِيْئُ ، فَتَجَــاوَزْ عَنْ قَبِيْحِ مَا عِنْدِي بَجَمِيْلِ مَا عِنْدَكَ ، فَأَنْتَ بِالمَعْرُوْفِ مَوْصُوْفٌ ، أَئْتِنِي مَعْرُوْفَكَ ، وَأَغْنِنِي بِــهِ عَنْ مَعْرُوْفِ مِنْ سِوَاكَ ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  - ( Wahai Dzat Yang Maha baik, sungguh telah datang kepada-Mu orang yang berdosa ini, wahai Dzat Yang Maha baik, sungguh Engkau telah menyuruh agar memaafkan kesalahan orang yang berdosa, sedangkan Engkau Maha baik dan aku pula berdosa, oleh sebab itu hapuskanlah keburukan yang datang dari sisiku dengan keindahan yang ada di sisi-Mu, Engkau disifati dengan sifat makruf (baik), oleh itu anugerahkanlah kepadaku sifat makruf-Mu itu, dan cukupkanlah daku dengan makruf-Mu itu sehingga aku tidak memerlukan makruf daripada selain Engkau, dengan berkat rahmat-Mu, wahai Allah Yang Maha Pengasih ). ( Doa ini berasal daripada Saidina Ali Bin Abu Talib r.a. sebagaimana dinyatakan oleh ulama Hadis - Mereka berkata : Doa ini bagus diamalkan pada Hari Asyura )

Penjelasan di atas berdasarkan kitab-kitab berikut :

1. Kitab Al-Mughniy - Ibnu Qudamah - Juz IV / 440 - 442
2. Zaad Al-Ma'aad - Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah - Juz II / 63 - 73
3. Fadhail Al-Syuhur Wa Al-Ayyam - Imam Abdul Ghaniy Bin Ismail Al-Nablusiy - Hlmn. 70 - 75
 

SENI MENEGUR ISTERI


Tegur Isteri Tanda Sayang

“Hidup berumah ini ini perlu ada seninya”, nasihat seorang tua pada saya pada suatu hari.

“Seni bagaimana tu Pak Cik?”, tanya saya sambil tersenyum dan seterusnya ketawa.

“Ish kamu ni, jangan fikirkan yang bukan-bukan”, balasnya.

“Tak adalah Pak Cik, saya mengusik ja”.

“Macam ni, ada banyak seni yang yang perlu dipelajari terutamanya yang baru bergelar suami seperti kamu”.

“ Seni bagaimana tu Pak Cik”.

“Ada banyak seni sebenarnya. Tapi salah satu seni yang paling penting diperingkat awal perkahwinan ini adalah seni menegur isteri”.

Menegur Isteri Suatu Cabaran

            Menegur isteri merupakan suatu perkara yang amat mencabar bagi seorang lelaki. Walaupun ianya nampak mudah, namun begitu sekiranya tersalah langkah boleh membawa pecah belah di dalam rumah tangga.

            Bukan semua isteri mudah menerima teguran daripada suami, apatah lagi bagi pasangan yang memulakan perkahwinan dengan percintaan. Apabila si suami memberi teguran, si isteri akan mengungkit kisah-kisah lama semasa bercinta dimana si suami membontoti sahaja kehendaknya pada ketika itu. Sehinggakan bau kentut pun dirasakan wangi seperti deodoren.

Fitrah Wanita Perlu Di Tegur

Sudah menjadi fitrah kejadian, untuk menjadikan seorang wanita itu baik mereka perlulah ditegur dan selalu diingatkan tentang kebaikkan. Menegur bukan sahaja untuk memperbaiki, tetapi lebih daripada itu adalah sebagai salah satu langkah untuk menjadikan isteri sebagai isteri yang terbaik di dunia dan akhirat.

Oleh sebab itulah Baginda S.A.W telah berpesan kepada golongan suami berkenaan perihal ini:

Sabda Nabi S.A.W:

“Aku berwasiat kepada kamu supaya menjaga wanita dengan sebaik-baiknya kerana mereka dijadikan daripada tulang rusuk dan sebengkok-bengkok tulang rusuk adalah yang di bahagian teratas. Sekiranya kamu cuba meluruskannya, kamu akan mematahkannya dan sekiranya kamu biarkan sahaja dia akan terus bengkok selama-lamanya. Justeru, berpesan-pesanlah tentang wanita”

                                                                                    (Hadis riwayat Bukhori dan Muslim)

 

Seni Dalam Menegur

            Sebagaimana pesan Nabi S.A.W, untuk meluruskan tulang yang bengkok bukannya mudah. Andai tersilap mungkin boleh patah, seandainya dibiarkan ianya akan terus bengkok selama-lamanya. Di sinilah suami perlu bijak mencari strategi untuk meluruskan tulang yang bengkok ini.

            Menurut Pak Cik tersebut, ada perkara-perkara yang boleh digunakan dan tidak boleh digunakan untuk menegur isteri.

            Pertamanya, teguran tersebut boleh dilakukan secara lisan ketika pasangan suami isteri berdua-dua dalam keadaan yang tenang. Jangan sekali-kali menegur ketika sedang makan dan dihadapan khayalak ramai kerana ianya boleh menjatuhkan maruah isteri.

            Keduanya boleh dilakukan secara penulisan. Si suami boleh menulis surat atau email kepada isteri dengan ayat yang puitis untuk menegur si isteri. Namun begitu katanya, jangan sekali-kali menegur isteri dengan sms kerana ianya boleh menimbulkan salah faham dan menghancurkan hati isteri. Apatah lagi sekiranya sms tersebut diterima ketika bekerja atau memandu yang boleh menyebabkan fikiran isteri terganggu.

            Tetapi menurutnya, ianya bergantung kepada keselesaan masing-masing. Lain padang lain belalang, lain orang lain ragamnya. Asalnya ianya berhikmah nescaya ianya membawa kepada mawaddah. Teguran mestilah ikhlas untuk membimbing isteri daripada tidak tahu kepada tahu. Bukan untuk menunjukkan “kekuasaan” sebagai suami semata-mata. Bak kata orang tua-tua, “cubit-cubit sayang”.

 

Bahana Suami Tidak Menegur

Sesetengah golongan lelaki memilih untuk berdiam diri. Awas, kadang-kadang tindakan berdiam diri ini boleh membawa si suami terjerumus ke dalam golongan yang dayus. Langsung tidak memberi respon walaupun si isteri melakukan kesalahan di depan mata.

Takutlah akan pesan Baginda S.A.W :

Ertinya : Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar dari Rasulullah SAW berkata : ” Tiga yang tidak memasuki syurga sampai bila-bila iaitu si dayus, si wanita yang menyerupai lelaki dan orang yang ketagih arak” lalu sahabat berkata : Wahai Rasulullah, kami telah faham erti orang yang ketagih arak, tetapi apakah itu dayus? , berkata nabi : “ Iiatu orang yang tidak memperdulikan siapa yang masuk bertemu dengan ahlinya (isteri dan anak-anaknya) – ( Riwayat At-Tabrani)

 

Menegur Isteri Tanda Kasih Sayang

            Ada yang menganggap, menuruti kehendak isteri itu adalah salah satu tanda seorang suami itu menyayangi isterinya. Namun begitu, ada juga premis yang menganggap perkara ini boleh menjerumuskan rumah tangga tersebut kepada kebinasaan. Ini kerana, bukan kesemua kehendak isteri perlu dituruti oleh suami.

Sekiranya isteri melakukan kesalahan atau kesilapan, ianya perlulah ditegur seawal membina rumah tangga. Janganlah ditangguhkan kerana ianya boleh membawa barah di dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Akhirnya menjadikan kesalahan sebagai perkara biasa. Akhirnya isteri naik tocang, rumah tangga menjadi pincang. Akhirnya suami mendapat pengiktirafan sebagai suami yang dayus. 

Hidupkanlah budaya tergur menegur , nasihat-menasihati di dalam rumah tangga. Andai isteri tersalah, suami menegurnya. Begitu juga sebaliknya.

Like Memuat...